Diposting tanggal: 21 Maret 2014
Tiwah
Upacara adat keagamaan ini merupakan bagian dari kepercayaan umat Hindu Kaharingan, yaitu agama tertua di Kalimantan. Ritual ini adalah prosesi menghantarkan roh leluhur atau sanak keluarga yang telah meninggal dunia menuju alam baka, dengan cara menyucikan dan memindahkan sisa-sisa jasad yang berupa tulang belulang dari liang kubur ke tempat yang dinamakan Sandung. Ritual ini juga dilengkapi persembahan hewan yang biasanya berupa kerbau, oleh sebab itu biaya yang dikeluarkan untuk melakukan ritual ini cukup mahal.
Festival Budaya Isen Mulang
Festival seni dan budaya tahunan yang dilaksanakan sebagai wujud apresiasi pemerintah dan masyarakat Kota Palangka raya atas pe-ninggalan adat istiadat leluhur ini diadakan setiap bulan April. Dalam festival ini ditampilkan berbagai perlombaan tradisional seperti tari tradi- sional, Karungut, Malamang, Mangenta, masakan tradisional, melukis ornament Dayak, seni bela diri Lawang Sakepeng serta pemilihan Putra Putri Pariwisata.
Kontes Putra Putri Pariwisata
Kontes pemilihan Putra Putri perwakilan dari seluruh wilayah di Kota Palangka Raya yang memiliki kemampuan lebih di bidang Pariwisata, yang mencakup pengetahuan tentang Pariwisata di daerahnya, Bahasa Inggris, public speaking dan kepribadian. Kontestan yang terpilih nantinya akan ikut berperan aktif mempromosikan pariwisata Kota Palangka Raya ke daerah lain atau bahkan keluar negeri.
Seni Suara
- Nyanyian Kandan
Berasal dari suku Dayak Siang atau Murung. Boleh dilakukan oleh pria dan wanita secara bergantiandan saling bersahutan dalam suatu pesta atau pertemuan yang diadakan untuk menghormati seorang pejabat/pimpinan pemerintah dan lagu-lagu pujian serta doa rakyat kepada pemimpinnya. Biasanyaacara disertai jamuan makan.
- Nyanyian Salengot
Biasanya dinyanyikan oleh pria dalam suatu pesta perkawinan tapi dilarang ditampilkan saat upacara kematian.
- Nyanyian Dadeo dan Ngaloak
Ditemukan oleh suku Dayak Dusun Tengah dan dilakukan pada saat perkawinan ataupun pesta lain yang dihadiri oleh masyarakat dan pejabat kampong.
- Nyanyian Setangis
Dilakukan oleh pria dan wanita pada suatu upacara kematian. Tema lagu menceritakan riwayat hiduporang yang meninggal
- Nyanyian Riwut Andau
Berasal dari Kuala Kapuas (Kota Bataguh). Tema nyanyian memperingati rapat besar berdirinya kota Bataguh.
- Manawur
Ada unsur religious dimana seorang pemuka agama menaburkan beras sambil membacakan mantra-mantra.
- Mansana Kayau
Menceritakan sesuatu dalam bentuk nyanyian yang bersahutan.
- Mansana Kayau Pulang
Nyanyian buaian sebelum tidur di malam hari. Dianyanyikan orang tua yang ditujukan kepada anak-anaknya dengan maksud mengobarkan semangat mereka untuk membalas dendam leluhur yang telah dibunuh oleh Tambun Baputi.
- Ngendau
Nyanyian yang bersifat senda gurau diantara muda mudi dan dinyanyikan secara bersahutan.
- Kelalai-lalai
Menari sambil bernyanyi dalam upacara menyambut tamu. Terdapat di daerah Kotawaringin pada suku Dayak Mama (darat)
- Mohing Asang
Nyanyian perang yang merupakan komando dari panglima perang dengan membunyikan serentak 7 kali dan terdengar Mohing Asang, yang artinya siap maju bertempur.
- Natum
Nyanyian mengenai sejarah masa lalu (tetek tatum).
- Natum Pangpanggal
Ratap tangis kesedihan karena kematian anggota keluarga.
- Dongdong
Nyanyian pada saat manugal padi (menanam padi).
- Dodot
Nyanyian pada saat berkayuh di perahu/rakit.
- Marung
Nyanyian pada saat diadakan pesta besar.
- Ngandan
Timangan orang tua kepada anak-anaknya.
- Mansana Bandar
Menceritakan seorang pahlawan putri jaman dulu.
- Karunya
Diadakan pada saat menyambut tamu yang sangat dihormati atau pada saat penobatan seorang pimpinan. Nyanyian ini diiringi oleh bunyi-bunyian dan dibawakan oleh 2 – 7 orang. Tema nyanyian memuji dan menyembah Tuhan Yang Maha Esa.
- Balian
Dinyanyikan pada saat upacara tiwah / upacara kematian.
- Jaya
Dinyanyikan oleh dukun pada saat mengobati orang sakit.
- Baratabe
Nyanyian yang tujuannya untuk menyambut kedatangan tamu.
Seni Ukir
Seni ukir juga menjadi kegiatan keseharian yang dilakukan sebagai tradisi suku Dayak. Ukiran dengan motif khas dibuat pada hulu Mandau, Sepundu, sarung Mandau, sumpitan dan lainnya.
Seni Lukis
Lukisan khas suku Dayak dapat terlihat pada tutang/cacah/tato. Selain itu ditemukan pada peti mati yang dinamakan runi, kakurung, dan sandung.
Seni Tari
Hampir semua suku Dayak gemar menari. Tari-tarian Dayak beragam jenisnya antara lain:
- Tari Nasai
Tarian ini untuk menyambut kedatangan tamu atau menyambut pahlawan yang menang perang.
- Tari Nginyah/Kinyah/Kenyah
Tari yang terkenal dengan nama tari perang untuk membela diri dalam peperangan yang dilakukan oleh pria dan wanita. Tarian ini diiringi oleh alunan suara kecapi dan menggunakan sejata seperti Mandau, sumpitan dan perisai (talewang).
- Tari Bukas
Ditarian oleh pemuda pemudi yang berjumlah 1-7 orang dengan menggunakan bambu dan tombak. Tarian ini biasanya dilakukan untuk menyambut kedatangan para panglima yang kembali dari peperangan oleh suku Dayak Ma’anyan dan Dusun.
- Tari Banting Raun
Tarian yang dibawakan oleh gadis-gadis suku Dayak Ma’anyan.
- Tari Ngajan
Dibawakan oleh pria dan wanita pada saat upacara adat tiwah (mengantarkan arwah nenek moyang ke surge). Menari sambil mengelilingi binatang korban (kerbau/sapi/babi) yang diikat ke sebuah tiang. Tarian ini dilakukan oleh suku Dayak Klementen, Katingan dan Kahayan.
- Tari Giring-Giring
Tarian yang dilakukan oleh pria dan wanita dengan menggunakan 2 alat buluh kering sepanjang 1 – 2 meter yang dalamnya telah diisi batu kerikil, sehingga bila buluh tersebut digerakkan akan mengeluarkan bunyi.
- Tari Deder (Karang Deder)
Tarian yang dilakukan oleh pria dan wanita dan menggunakan selendang yang dikalungkan di leher dan kedua ujung jari menjepit ujung selendang sambil menari menekuk lutut dan badan sesuai irama syair yang dikreasikan sendiri.
- Tari Dedeo (Karang Dedeo)
Tarian yang lakukan oleh pria dan wanita yang berpasangan dan menari bergantian menggunakan selendang. Biasanya tarian ini dibawakan pada saat pernikahan dan ditandai dengan mendirikan tihang potong atau lengan bulau (Bahasa Dayak Dusun Tengah, Barito Tengah dan Barito Hilir). Kemudian para penari mengelilingi tihang potong atau lengan bulau tersebut sambil menari dan menyanyikan lagu Karang Dedeo yang syairnya dikarang sendiri oleh penari, bersahut-sahutan. Pada saat upacara kematian tarian ini dilarang untuk ditampilkan karena menunjukan kegembiraan.
- Tari Balian
Tarian ini khusus dilakukan pada upacara mengobati orang sakit oleh suku Dayak Ma’anyan. Alat yang dipergunakan antara lain: sepasang gelang terbuat dari logam yang menimbulkan suara gemerincing serta ketambung.
- Tari Kerangkau / Gumbeuk
Tarian ini khusus diadakan pada upacara kematian/Ijambe/Menyalimbat oleh seluruh orang yang hadir sebagai bentuk penghormatan terhadap orang yang telah meninggal tersebut.
- Tari Halu / Antan / Kanjau Halu
Tarian ini juga diadakan pada upacara kematian oleh pria dan wanita. Alat yang digunakan yaitu 4 buah Halu/Alu dan menempatkannya dengan posisi melintang dan para penari melompat lompat di atasnya. Untuk itu diperlukan keahlian dan kellincahan bergerak menghindari kaki penari terjepit alu.
- Tari Kambang Pandan
Tarian ini dilakukan secara berpasangan pria dan wanita bergandengan tangan.
- Tari Dandang Tingana
Tarian ini dilakukan oleh wanita dan merupakan tarian gembira yang berasal dari Kabupaten Kapuas. Diadakan pada saat mendirikan tiang ulin untuk benteng pertahanan.
- Tari Nyandun Nyambah
Tarian yang intinya memberikan pujian bagi panglima perang. Tarian ini berasal dari Kabupaten Kapuas, Kahayan Hulu.
- Tari Hatuah Buah
Tarian gembira pada saat musim buah raya, berasal dari Kabupaten Kapuas.
- Tari Mangkules
Tarian yang berasal dari Kabupaten Barito ini merupakan tarian yang diadakan pada upacara tradisional yang berhubungan dengan upacara kematian.
- Tari Mangetam
Tarian yang berasal dari Kabupaten Kapuas yang diadakan pada saat memotong padi.
- Tari Kinjak Karing
Tarian yang berasal dari Kabupaten Kapuas/Kahayan Hulu yang dilakukan oleh wanita sebagai persembahan bagi pahlawan yang sedang berperang.
- Tari Kanjan Pahi
Tarian sakral yang dilakukan pada saat upacara tiwah.
- Tari Tugal
Tarian yang dilakukan pada saat menugal padi.
- Tari Galang Bawo
Inspirasi cerita berasal dari cerita rakyat Dayak Ma’anyan yaitu di kampung Tengong Ranayah di daerah Tanah Tinggi Bawo. Datuk Too Pembakal Tenong Ranayah memiliki seorang putra bernama Lala yang sangat gemar berburu. Lala sangat dikagumi dan selalu menjadi buah bibir masyarakat sekitar karena kesaktiannya. Suatu hari Lala mendemonstrasikan keahliannya dalam hal berburu dalam bentuk tarian sejak awal sampai akhir perburuan.
- Tari Ganggereng
Adanya tarian ini bertepatan dengan adanya tarian galang bawo yang berasal dari kampong Sarumai. Suatu hari kampung tersebut diserang hingga porak poranda. Akibatnya rakyat didaerah tersebut bersatu untuk bersama melawan ke wilayah musuh. Sepulang dari pertempuran mereka menari-nari sebagai luapan perasaan gembira karena dapat mengalahkan musuh dan membawa kemenangan yang gemilang.
- Tari Galang Dadas / Balian Dadas
Adanya tarian ini beberapa saat setelah muncul- nya tarian Galang Bawo dan tarian Ganggerang yaitu sekitar tahun 1540. Waktu itu seorang wanita bernama Ine Payung Gunting yang berniat menandingi kesaktian Lala. Dia bertapa di bukit Beratus (Gunung Meratus) yang ditemukan di daerah Kalimantan Selatan. Da- lam pertapaannya ia bertemu dengan seekor ular tedung (tadung/muhe) dan macan. Akhir cerita, kedua binatang yang ditemukan dalam masa pertapaannya tersebut memberikan pe- tunjuk kepada Ine dalam mengabulkan permo- honan menjadi sakti dan pintar menari seperti Lala. Ine pun menjadi sangat pandai menari me- liuk-liuk indah bagaikan ular tadung serta mela- yang bagaikan burung elang (antang) yang terbang di langit.
- Tari Bawi Kameloh
Legenda Bawi Kameloh menceritakan seorang wanita cantik jelita dan berpenampilan menarik bernama Bawi Kameloh Putak Bulau Janjulen karangan Limut Batu Kamasan Tambun yang merupakan salah satu penguasa Tanah Dayak. Bawi Kameloh memiliki kekuatan gaib dapat berubah wujud menjadi manusia dan atau tanpa wujud.
Pada suatu hari Bawi Kameloh menampakan wujudnya menjadi manusia/wanita cantik dan duduk sendirian. Tak jauh darinya, ada bebera- pa gadis yang sedang bermain dan bersenda gurau, gadis-gadis tersebut heran karena melihat Bawi Kameloh seorang diri sehingga mereka mengajaknya bermain. Karena asiknya bermain tak sengaja mereka melihat selendang yang terikat di pinggang Bawi Kameloh. Sehing- ga timbullah niat bercanda untuk menarik selendang tersebut. Tanpa mereka duga Bawi Kameloh melakukan perlawanan. Akhirnya selendang tersebut terlepas dari pinggang Bawi Kameloh dan ia pun berubah wujud menjadi wanita yang menakutkan.
- Tari Rantak Kipas Gempita
Rantak Kipas Gempita merupakan sebuah tari yang menggambarkan pergaulan remaja putri dalam membangun bumi tambun bungai dengan membangkitkan semangat persatuan dan kesatuan, sehingga terbentuk rasa kebersamaan yang bulat dan kokoh. Gerak lincah dan enerjik dalam memainkan kipas menunjukan kegembiraan generasi muda untuk terus memupuk rasa solidaritas terhadap kemajemukan sosial budaya yang ada di Kota Palangka Raya, sehingga tetap terwujud persatuan dan kesatuan.